Source : https://ipm.or.id/ |
4. Fase keangkitan (2006 s/d 2010)
Pada fase ini,terhitung sejak delapan tahun sebelumnya dimana bangsa Indonesia sedang ramai menyambu masa baru yang diharapkan dapat melakukam perubahan bangsa yang lebih baik yaitu masa reformasi tahun 1998. Akan tetapi pada kenyataanya pasca reformasi hingga tahun 2006 yang telah dipimpin oleh tiga kepemimpinan presiden yang berbeda (Bpk. Abdurrahman Wahid,Ibu Megawati Soekarno Poetri dan Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono),tidak kunjung membawa perubahan yang lebih baik lagi bagi bangsa,bahkan memunculkan penyakit baru di negeri ini.
Demikian juga hingga saat ini,memasuki masa kepemimpinan "kabinet indonesia bersatu jilid II",Presiden Susilo Bambang Yudhyono,telah menunjukkan kesempurnaan hancurnya negeri ini,seperti yang banyak diungkapkan oleh para ahli pakar ,serta pengamat politik di Indonesia. Karena bangsa ini sedang dipimpin oleh para pemimpin bangsa yang cenderung korup dan senang menjual bangsanya ke negara asing arau bisa dikatakan kepemimpinan bangsa yang tidak lagi memiliki karakter kepemimpinan yang selalu siap membela rakyatnya,membawa rakyatnya kepada kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.
Hal ini dapat dilihat dari dari maraknya korupsi disemua jenjang struktur pemerintahan yang ada,permainan politik yang tidak mencerdaskan rakyat justru melakukan pembodohan pada masyarakat dan masih banyak lagi persoalan bangsa yang melekat di negeri ini. Hal ini menunjukkan bahwa betapa bangsa ini sedang krisis disegala bidang,bahkan krisis moral pemimpin bangsa.
Darisinilah IRM yang sudah kembali menjadi IPM pada tahun 2008 dituntut untuk terus berperan dalam melakukan gerakan dakwahnya,khususnya dikalangan remaja/pelajar sebagai penerus estafeta kepemimpinan bangsa beberapa tahun yang akan datang. Di tengah kondisi bangsa yang sedang krisis disegala bidang dan dilanda banykanya musibah atau bencana alam yang tidak kunjung selesai pada tahun 2004-2009 (kepemimpinan SBY) kala itu.
Ditubuh IRM pun oada Muktamar XIV tahun 2006 di Medan,turut merespon kondisi bangsa kala itu. Karena IRM sanagtlah sadar sekali akan gerakan sosial yang dilakukan berlandaskan pada nilai-nilai perjuangan untuk melakukan suatu perubahan yang lebih baik,yang kemudian sangat dikenal dengan Gerakan Kritis Transformatif (GKT)-nya.
Akan tetapi cenderung mengalami pergeseran pergerakkan yang kemudian menjadi meluas dan tidak lagi fokus terhadap bassis massa yang seharusnya menjadi perhatian utama oleh IRM sebagai organisasi remaja/pelajar muhammadiyah. Oleh karna itulah,kemudian pada Muktamar XIV tahun 2006 di Medan kembali menyuarakan agar IRM kembali berubah nama menjadi IPM dengan beberapa alasan diantaranya; Masa orde baru telah runtuh,kini telah lama memasuki masa reformasi dan sudah tidak ada lagi tekanan dari pemerintah bahwa satu-satunya organisasi pelajar di sekolah hanyalah OSIS,maka IPM dapat kembali ke bassis massanya secara rill yaitu "pelajar".
Dan yang kedua,IRM harus kembali pada fokus gerakannya sebagai bassis massa utama yaitu "pelajar". Karena pelajar dan pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam melakukan perubahan bangsa yang lebih baik beberapa tahun kedepan. Meskipun kemudian belum secara menyeluruh menemukan kesepemahaman atau kesepakatan bersama untuk merubah nama IRM menjadi IPM,akan tetapi proses perubahan nama tersebut telah berjalan,yang kemudian pada forum muktamar tersebut memutuskan untuk pembentukan tim eksistensi IPM.
0 Kritik dan saran:
Posting Komentar